Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)
Badak
Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) Diambang Punah
Hutan hujan tropis Sumatera
merupakan rumah bagi berbagai makhluk hidup. Banyak diantaranya yang merupakan
spesies hewan yang terancam punah, seperti orangutan Sumatera, harimau
Sumatera, kelinci Sumatera, dan badak Sumatera. Di hutan hujan tropis ini juga
tumbuh berbagai tumbuhan endemik, seperti kantong semar, bunga terbesar di
dunia Rafflesia, dan bunga tertinggi Amorphophallus.
Selain memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi, hutan
hujan tropis Sumatera harus senantiasa dijaga kelestariannya. Terutama dari
ancaman penggundulan hutan, penambahan hutan untuk pertanian dan pembuatan
jalan, serta perburuan. Apabila kawasan ini tidak dilindungi, maka
keanekaragaman hayati yang hidup di sana terancam punah. Selain itu, hutan
hujan tropis Sumatera berperan penting dalam
stabilitas suplai air, ekologi, dan ekonomi, serta menekan
pengaruh kekeringan dan kebakaran.
Badak sumatera (Dicerorhinus
sumatrensis) merupakan
salah satu spesies badak yang dipunyai Indonesia selain badak jawa (Rhinocerus sondaicus). Badak sumatera
(Sumatran rhino) juga merupakan
spesies badak terkecil di dunia merupakan satu dari 5 spesies badak yang masih
mampu bertahan dari kepunahan selain badak jawa, badak india, badak hitam afrika, dan badak putih
afrika.
Ciri-ciri
dan habitat badak sumatera memiliki dua cula dengan panjang cula depan berkisar antara
25-80 cm dan cula belakang lebih pendek sekitar 10 cm. Badak sumatera (Dicerorhinus
sumatrensis) mempunyai panjang tubuh antara 2-3 meter dengan berat antara
600-950 kg. Tinggi satwa langka ini berkisar antara 120-135 cm.
Habitat badak sumatera meliputi hutan rawa dataran
rendah hingga hutan perbukitan meskipun umumnya binatang langka ini menyukai
hutan bervegetasi lebat. Satwa langka bercula dua ini lebih sering terlihat di
hutan-hutan sekunder dataran rendah yang memiliki air, tempat berteduh, dan
sumber makanan yang tumbuh rendah. Makanan utama badak sumatera meliputi buah
(terutama mangga liar dan fikus), dedaunan, ranting-ranting kecil, dan kulit
kayu.Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan satwa
penjelajah yang hidup dalam kelompok-kelompok kecil meskipun umumnya hidup
secara soliter (menyendiri).Pada cuaca yang cerah sering turun ke daerah
dataran rendah, untuk mencari tempat yang kering. Pada cuaca panas ditemukan
berada di hutan-hutan di atas bukit dekat air terjun.
Populasi badak sumatrera dulunya tersebar mulai dari Indonesia (Sumatera dan
Kalimantan), Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Vietnam,
Thailand, Myanmar, dan Malaysia. Namun saat ini diperkirakan badak sumatera (Dicerorhinus
sumatrensis) telah punah dibeberapa
tempat dan hanya menyisakan di Indonesia dan Malaysia. Diperkirakan
populasi badak sumatera tidak mencapai 200 ekor. Menurunnya
populasi badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) disebabkan oleh
perburuan liar untuk mengambil cula dan anggota tubuh lainnya. Meskipun untuk
praktek perburuan liar ditengarai tidak pernah terjadi lagi dalam kurun sepuluh
tahun terakhir.
Faktor utama penurunan populasi badak sumatera saat
ini adalah berkurangnya habitat akibat deforestasi hutan dan kebakaran hutan. Akibat
semakin berkurang dan rusaknya hutan, beberapa tahun terakhir sering kali
dilaporkan kemunculan badak bercula dua ini di daerah pemukiman warga dan perkebunan.
Komentar